Menurut
Ross dan Stanley (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 7), ada beberapa langkah
dalam melaksanakan diagnostic kesulitan belajar:
a.
Who are the pupils
having trouble? (siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan)
b.
Where are the errors
located (dimana kelemahan itu dapat dilokalisasikan)
c.
Why are the errors
occur? (Mengapa kelemahan itu terjadi?)
d.
What remedies are
suggested? (penyembuhan apakah yang disarankan)
e.
How can errors be
prevented? (Bgmn kelemahan itu dapat dicegah?)
Prayitno
(dalam Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 120) mengatakan bahwa secara skematik,
langkah – langkah diagnostic dan remedial kesulitan belajar untuk kegiatan
bimbingan belajar adalah sebagai berikut.
|
Berikut
ini, penjelasan skema di atas tentang langkah-langkah diagnostik dan remedial
kesulitan belajar, sebagai berikut :
1.
Identifikasi
Kasus
Langkah
ini dilakukan dengan menentukan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan
belajar. Teknik yang ditempuh dapat bermacam-macam, antara lain:
a.
Meneliti nilai hasil
ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar (buku leger), dan
kemudian membandingkan dengan nilai rata-rata kelompok atau dengan kriteria
yang telah ditentukan.
b.
Mengobservasi kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar, siswa yang berperilaku menyimpang dalam
proses belajar mengajar diperkirakan akan mengalami kesulitan belajar.
2.
Identifikasi
Masalah
Setelah
menentukan dan memprioritaskan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan
belajar, maka langkah berikutnya adalah melokalisasikan pada bidang studi apa
dan pada aspek mana siswa tersebut mengalami kesulitan. Hasil belajar anak pada
beberapa bidang studi tentu saja ada bedanya, guru bedang studi lebih
mengetahui tentang masalah tersebut. Pada tahap ini, kerjasama antara petugas
bimbingan dan konseling, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
Cara
dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
a.
Tes diagnostik yang
dibuat oleh guru bidang studi masing-masing, seperti untuk bidang studi
Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan yang lainnya. Dengan tes diagnostik ini dapat
diketemukan karakteristik dan sifat kesulitan belajar yang dialami siswa.
b.
Bila tes diagnostik
belum tersedia, guru bisa menggunakan hasil ujian siswa sebagai bahan untuk
dianalisis. Apabila tes yang digunakan dalam ujian tersebut memiliki taraf
validitas yang tinggi, tentu akan mengandung unsur diagnosis yang tinggi.
Sehingga dengan tes prestasi hasil belajar pun, seandainya valid dalam
batas-batas tertentu akan dapat mengdiagnosis kesulitan belajar siswa.
c.
Memeriksa buku catatan
atau pekerjaan siswa. Hasil analisis dalam aspek ini pun akan membantu dalam
mendiagnosis kesulitan belajar siswa
Untuk melengkapi data di atas,
dapat dilakukan kerjasama antara pihak yang erat kaitannya dengan lembaga
sekolah dan orang tua. Caranya antara
lain:
a.
Wawancara khusus oleh
ahli yang berwewenang dalam bidang ini
b.
Mengadakan observasi
yang intensif, baik di dalam lingkungan rumah maupun di luar rumah
c.
Wawancara dengan wali
kelas, orang tua atau dengan teman-teman di sekolah.
3.
Identifikasi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor
penyebab kesulitan belajar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a.
Faktor internal, yaitu
faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain,
disebabkan oleh:
–
Kelemahan fisik,
pancaindera, syaraf, cacat karena sakit, dan sebagainya
–
Kelemahan mental:
faktor kecerdasan, seperti inteligensi dan bakat yang dapat diketahui dengan
tes psikologis
–
Gangguan-gangguan yang
bersifat emosional
–
Sikap kebiasaan yang
salah dalam mempelajari materi pelajaran
–
Belum memiliki
pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran
lebih lanjut.
b.
Faktor eksternal, yaitu
faktor yang berasal dari luar diri siswa sebagai penyebab kesulitan belajar.
Yang termasuk dalam factor eksternal antara lain:
–
Situasi atau proses
belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisipatif (kurang
memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif “student active learning”)
–
Sifat kurikulum yang
kurang fleksibel
–
Beban studi yang
terlampau berat
–
Metode mengajar yang
kurang menarik
–
Kurangnya alat dan
sumber untuk kegiatan belajar
–
Situasi rumah yang
kurang kondusif untuk belajar.
Untuk
memperoleh berbagai informasi di atas, dapat menggunakan berbagai cara dan
bekerjasama dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan kegiatan ini.
Misalnya, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan fisik siswa, perlu
bekerjasama dengan dokter atau klinik sekolah, untuk memperoleh data tentang
kemampuan potensial siswa dapat bekerjasama dengan petugas bimbingan dan
konseling (konselor) atau dengan psikolog, untuk mengetahui sikap dan kebiasaan
belajar siswa dapat mengamatinya secara langsung di kelas, menggunakan skala
sikap dan kebiasaan belajar, wawancara dengan wali kelas, dengan orang tua,
dengan siswa itu sendiri, atau dengan teman-temannya, dan masih banyak cara
yang dapat ditempuh.
4.
Prognosis
(Perkiraan Kemungkinan Bantuan)
Setelah
mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa, jenis dan sifat
kesulitan dengan faktor-faktor penyebabnya, maka akan dapat memperkirakan
kemungkinan bantuan atau tindakan yang tepat untuk membantu kesulitan belajar
siswa. Pada langkah ini, hal yang dapat disimpulkan adalah:
a.
Apakah siswa masih dapat
ditolong untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya atau tidak?
b.
Berapa waktu yang
dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut?
c.
Kapan dan di mana
pertolongan itu dapat diberikan?
d.
Siapa yang dapat
memberikan pertolongan?
e.
Bagaimana caranya agar
siswa dapat ditolong secara efektif?
f.
Siapa sajakah yang
perlu dilibatkan atau disertakan dalam membantu siswa tersebut, dan apakah
peranan atau sumbangan yang dapat diberikan masing – masing pihak dalam
menolong siswa tersebut?
5.
Referral
Langkah
ini dilakukan dengan menyusun suatu rencana atau alternatif bantuan yang akan
dilaksanakan. Rencana ini hendaknya mencakup:
a.
Cara-cara yang harus
ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan belajar yang dialami siswa yang
bersangkutan
b.
Menjaga agar kesulitan
yang serupa jangan sampai terulang lagi.
Dalam
membuat rencana kegiatan untuk pelaksanaan sebagai alternatif bantuan,
sebaiknya didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang
berkepentingan, yang diperkirakan kelak terlibat dalam proses pemberian bantuan
(Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 20-24).
Salah satu
solusi untuk perbaikan siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan
dilakukannya pembelajaran remedial. Menurut Rusmana (2010, hlm. 4),
pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk
memperbaiki mutu siswa dan guru setelah melalui suatu proses diagnostic. Hiryanto (tanpa tahun, hlm. 14) berpendapat bahwa
pembelajaran remedial yaitu Suatu proses pelaksanaan program belajar mengajar
khusus bersifat individual diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar, bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan
belajar.
Sugiyanto
(tanpa tahun, hlm. 26-27) menyebutkan beberapa langkah yang dapat ditempuh
dalam melaksanakan remedial. Langkah – langkat tersebut adalah:
a.
Langkah pertama:
Penelaahan Kasus Kembali
Guru
menelaah kembali secara lebih dalam tentang siswa yang akan diberi bantuan.
Dari diagnosis kesulitan belajar yang sudah diperoleh lebih dahulu guru perlu
menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran secara definitif tentang siswa
yang dihadapi, permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahan, penyebab utama
kelemahan, berat ringannya kelemahan, apakah perlu bantuan ahli lain,
merencanakan waktu dan siapa yang melaksanakan.
b.
Langkah kedua:
Alternatif Tindakan
Setelah
memperoleh gambaran lengkap tentang siswa, baru direncanakan alternatif
tindakan, sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan
tindakan bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung
saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan
belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti masalah sosial psikologis dan
sebagainya, maka sebelum diremedial kasus harus mendapatkan layanan konseling,
layanan psikologis dan atau layanan psikoterapis terlebih dahulu.
Alternatif
tindakan ini dapat berupa:
1)
Mengulang bahan yang
telah diberikan dan diberi petunjuk-petunjuk:
–
Memahami
istilah-istilah kunci/pokok yang ada
–
Memberi tanda
bagian-bagian penting yang merupakan kelemahan siswa
–
Membuat
pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa
–
Memberi dorongan dan
semangat belajar
–
Menyediakan bahan-bahan
lain untuk mempermudah
–
Mendiskusikan
kesulitan-kesulitan siswa
2)
Memberi kegiatan lain
yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuh. Disini
dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah diberikan kepada siswa, misalnya:
–
Kegiatan apa yang harus
dikerjakan siswa
–
Bahan apa yang dapat
menunjang kegiatan yang sedang dilakukan
–
Bagian mana yang harus
mendapat penekanan
–
Pertanyaan apa yang
diajukan untuk memusatkan pada inti masalah
–
Cara yang baik untuk
menguasai bahan
3)
Tindakan yang berupa
referal Jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor sosial, pribadi,
psikologis yang di luar jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada
ahli lain, misalnya: konselor, psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan
sebagainya.
c.
Langkah ketiga:
Evaluasi pengajaran remedial
Pada akhir pengajaran
remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran remedial tersebut
meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai tingkat kebehasilan 75%
menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian dilakukan diagnosis kembali,
prognosis dan pengajaran remedial berikutnya; demikian seterusnya sampai
beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan tersebut.
Pendekatan
yang dilakukan dalam pengajaran remedial meliputi tiga macam, yaitu:
a.
Pengajaran preventif,
diberikan kepada siswa untuk mengantisipasi jangan sampai menemui kesulitan
b.
Pendekatan kuratif,
diberikan kepada siswa yang telah mengalami kesulitan dalam proses belajar
mengajar, sehingga perlu disembuhkan atau dikoreksi
c.
Pendekatan
developmental, di mana guru secara terus menerus memonitor kegiatan belajar
mengajar, yang setiap ditemui hambatan segera dipecahkan. Guru secara
sistematis mengikuti perkembangan siswa (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 30).
IMPLIKASI
Sebagai guru mata pelajaran, untuk
membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya, kita harus memberikan
pengalaman belajar yang mudah diterima oleh peserta didik kita. Dalam
pelaksanaannya, tidak dapat dipungkiri adanya kendala – kendala yang akan kita
lalui, misalnya adanya beberapa peserta didik kita yang mengalami kesulitan
belajar.
Untuk mengetahui beberapa kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik, guru mata pelajaran dapat melakukan
beberapa cara, di antaranya yaitu: identifikasi kasus; identifikasi masalah;
identifikasi factor penyebab masalah; prognosis; dan referral (yang telah
dijelaskan di atas). Untuk melaksanakan diagnose kasulitan belajar peserta
didik, kerja sama dengan pihak lain – seperti wali kelas, orang tua, guru dan
teman sebaya – sangat dibutuhkan, apalagi saat melakukan langkah identifikasi
masalah sampai dengan langkah referral.
Pada langkah referral, guru
menentukan bantuan yang dapat diberikan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan. Bantuan yang diberikan dapat bermacam – macam, biasanya bantuan
akhir yang diberikan adalah pembelajaran remedial – untuk penyebab kesulitan
belajar tertentu, ada bantuan khusus yang diberikan sebelum dilakukan pembelajaran
remedial kepada peserta didik yang mengalami kesulitan –. Dalam melaksanakan
pembelajaran remedial juga dilakukan langkah – langkah khusus, yaitu penelaahan
kasus kembali, memberikan alternatif tindakan yang diberikan pada peserta
didik, kemudian dilakukan evaluasi pengajaran remedial. Pembelajaran remedial
yang dilakukan perlu dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan – pendekatan
tertentu, seperti pendekatan kuratif, preventif, dan development. Hal tersebut
dilakukan agar kesulitan yang dialami peserta didik dapat diatasi, kemudian
siswa dapat berkembang secara terus – menerus sehingga ketika mengalami
kesulitan yang sama, siswa mengatasi kesulitan tersebut dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hiryanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan
Belajar. Tanpa Kota: Education Phsychology
Rusmana, Nandang. 2010. Diagnostik dan
Pembelajaran Remedial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiyanto. Tanpa Tahun. Diagnostik
Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta