Kamis, 07 Mei 2015

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL DIAGNOSTIK DAN REMIDIAL KESULITAN BELAJAR

Menurut Ross dan Stanley (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 7), ada beberapa langkah dalam melaksanakan diagnostic kesulitan belajar:
a.    Who are the pupils having trouble? (siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan)
b.    Where are the errors located (dimana kelemahan itu dapat dilokalisasikan)
c.    Why are the errors occur? (Mengapa kelemahan itu terjadi?)
d.    What remedies are suggested? (penyembuhan apakah yang disarankan)
e.    How can errors be prevented? (Bgmn kelemahan itu dapat dicegah?)
Prayitno (dalam Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 120) mengatakan bahwa secara skematik, langkah – langkah diagnostic dan remedial kesulitan belajar untuk kegiatan bimbingan belajar adalah sebagai berikut.








Gambar 1. Skema langkah-langkah diagnostic dan remedial kesulitan belajar
 
 



Berikut ini, penjelasan skema di atas tentang langkah-langkah diagnostik dan remedial kesulitan belajar, sebagai berikut :
1.    Identifikasi Kasus
Langkah ini dilakukan dengan menentukan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan belajar. Teknik yang ditempuh dapat bermacam-macam, antara lain:
a.       Meneliti nilai hasil ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar (buku leger), dan kemudian membandingkan dengan nilai rata-rata kelompok atau dengan kriteria yang telah ditentukan.
b.      Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, siswa yang berperilaku menyimpang dalam proses belajar mengajar diperkirakan akan mengalami kesulitan belajar.

2.    Identifikasi Masalah
Setelah menentukan dan memprioritaskan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka langkah berikutnya adalah melokalisasikan pada bidang studi apa dan pada aspek mana siswa tersebut mengalami kesulitan. Hasil belajar anak pada beberapa bidang studi tentu saja ada bedanya, guru bedang studi lebih mengetahui tentang masalah tersebut. Pada tahap ini, kerjasama antara petugas bimbingan dan konseling, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
Cara dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
a.       Tes diagnostik yang dibuat oleh guru bidang studi masing-masing, seperti untuk bidang studi Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan yang lainnya. Dengan tes diagnostik ini dapat diketemukan karakteristik dan sifat kesulitan belajar yang dialami siswa.
b.      Bila tes diagnostik belum tersedia, guru bisa menggunakan hasil ujian siswa sebagai bahan untuk dianalisis. Apabila tes yang digunakan dalam ujian tersebut memiliki taraf validitas yang tinggi, tentu akan mengandung unsur diagnosis yang tinggi. Sehingga dengan tes prestasi hasil belajar pun, seandainya valid dalam batas-batas tertentu akan dapat mengdiagnosis kesulitan belajar siswa.
c.       Memeriksa buku catatan atau pekerjaan siswa. Hasil analisis dalam aspek ini pun akan membantu dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa
Untuk melengkapi data di atas, dapat dilakukan kerjasama antara pihak yang erat kaitannya dengan lembaga sekolah dan orang tua. Caranya  antara lain:
a.       Wawancara khusus oleh ahli yang berwewenang dalam bidang ini
b.      Mengadakan observasi yang intensif, baik di dalam lingkungan rumah maupun di luar rumah
c.       Wawancara dengan wali kelas, orang tua atau dengan teman-teman di sekolah.

3.    Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.       Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain, disebabkan oleh:
         Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, cacat karena sakit, dan sebagainya
         Kelemahan mental: faktor kecerdasan, seperti inteligensi dan bakat yang dapat diketahui dengan tes psikologis
         Gangguan-gangguan yang bersifat emosional
         Sikap kebiasaan yang salah dalam mempelajari materi pelajaran
         Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran lebih lanjut.

b.      Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa sebagai penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk dalam factor eksternal antara lain:
         Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisipatif (kurang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif “student active learning”)
         Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
         Beban studi yang terlampau berat
         Metode mengajar yang kurang menarik
         Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
         Situasi rumah yang kurang kondusif untuk belajar.
Untuk memperoleh berbagai informasi di atas, dapat menggunakan berbagai cara dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan kegiatan ini. Misalnya, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan fisik siswa, perlu bekerjasama dengan dokter atau klinik sekolah, untuk memperoleh data tentang kemampuan potensial siswa dapat bekerjasama dengan petugas bimbingan dan konseling (konselor) atau dengan psikolog, untuk mengetahui sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat mengamatinya secara langsung di kelas, menggunakan skala sikap dan kebiasaan belajar, wawancara dengan wali kelas, dengan orang tua, dengan siswa itu sendiri, atau dengan teman-temannya, dan masih banyak cara yang dapat ditempuh.
4.    Prognosis (Perkiraan Kemungkinan Bantuan)
Setelah mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan dengan faktor-faktor penyebabnya, maka akan dapat memperkirakan kemungkinan bantuan atau tindakan yang tepat untuk membantu kesulitan belajar siswa. Pada langkah ini, hal yang dapat disimpulkan adalah:
a.       Apakah siswa masih dapat ditolong untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya atau tidak?
b.      Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut?
c.       Kapan dan di mana pertolongan itu dapat diberikan?
d.      Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
e.       Bagaimana caranya agar siswa dapat ditolong secara efektif?
f.        Siapa sajakah yang perlu dilibatkan atau disertakan dalam membantu siswa tersebut, dan apakah peranan atau sumbangan yang dapat diberikan masing – masing pihak dalam menolong siswa tersebut?

5.    Referral
Langkah ini dilakukan dengan menyusun suatu rencana atau alternatif bantuan yang akan dilaksanakan. Rencana ini hendaknya mencakup:
a.       Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan belajar yang dialami siswa yang bersangkutan
b.      Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi.
Dalam membuat rencana kegiatan untuk pelaksanaan sebagai alternatif bantuan, sebaiknya didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan, yang diperkirakan kelak terlibat dalam proses pemberian bantuan (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 20-24).
Salah satu solusi untuk perbaikan siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan dilakukannya pembelajaran remedial. Menurut Rusmana (2010, hlm. 4), pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu siswa dan guru setelah melalui suatu proses diagnostic. Hiryanto (tanpa tahun, hlm. 14) berpendapat bahwa pembelajaran remedial yaitu Suatu proses pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan belajar.
Sugiyanto (tanpa tahun, hlm. 26-27) menyebutkan beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan remedial. Langkah – langkat tersebut adalah:
a.       Langkah pertama: Penelaahan Kasus Kembali
Guru menelaah kembali secara lebih dalam tentang siswa yang akan diberi bantuan. Dari diagnosis kesulitan belajar yang sudah diperoleh lebih dahulu guru perlu menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran secara definitif tentang siswa yang dihadapi, permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahan, penyebab utama kelemahan, berat ringannya kelemahan, apakah perlu bantuan ahli lain, merencanakan waktu dan siapa yang melaksanakan.
b.      Langkah kedua: Alternatif Tindakan
Setelah memperoleh gambaran lengkap tentang siswa, baru direncanakan alternatif tindakan, sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan tindakan bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti masalah sosial psikologis dan sebagainya, maka sebelum diremedial kasus harus mendapatkan layanan konseling, layanan psikologis dan atau layanan psikoterapis terlebih dahulu.
Alternatif tindakan ini dapat berupa:
1)      Mengulang bahan yang telah diberikan dan diberi petunjuk-petunjuk:
         Memahami istilah-istilah kunci/pokok yang ada
         Memberi tanda bagian-bagian penting yang merupakan kelemahan siswa
         Membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa
         Memberi dorongan dan semangat belajar
         Menyediakan bahan-bahan lain untuk mempermudah
         Mendiskusikan kesulitan-kesulitan siswa
2)      Memberi kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuh. Disini dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah diberikan kepada siswa, misalnya:
         Kegiatan apa yang harus dikerjakan siswa
         Bahan apa yang dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan
         Bagian mana yang harus mendapat penekanan
         Pertanyaan apa yang diajukan untuk memusatkan pada inti masalah
         Cara yang baik untuk menguasai bahan
3)      Tindakan yang berupa referal Jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, psikologis yang di luar jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada ahli lain, misalnya: konselor, psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan sebagainya.
c.       Langkah ketiga: Evaluasi pengajaran remedial
Pada akhir pengajaran remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran remedial tersebut meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai tingkat kebehasilan 75% menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian dilakukan diagnosis kembali, prognosis dan pengajaran remedial berikutnya; demikian seterusnya sampai beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan tersebut.
Pendekatan yang dilakukan dalam pengajaran remedial meliputi tiga macam, yaitu:
a.       Pengajaran preventif, diberikan kepada siswa untuk mengantisipasi jangan sampai menemui kesulitan
b.      Pendekatan kuratif, diberikan kepada siswa yang telah mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar, sehingga perlu disembuhkan atau dikoreksi
c.       Pendekatan developmental, di mana guru secara terus menerus memonitor kegiatan belajar mengajar, yang setiap ditemui hambatan segera dipecahkan. Guru secara sistematis mengikuti perkembangan siswa (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 30).
IMPLIKASI
            Sebagai guru mata pelajaran, untuk membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya, kita harus memberikan pengalaman belajar yang mudah diterima oleh peserta didik kita. Dalam pelaksanaannya, tidak dapat dipungkiri adanya kendala – kendala yang akan kita lalui, misalnya adanya beberapa peserta didik kita yang mengalami kesulitan belajar.
            Untuk mengetahui beberapa kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, guru mata pelajaran dapat melakukan beberapa cara, di antaranya yaitu: identifikasi kasus; identifikasi masalah; identifikasi factor penyebab masalah; prognosis; dan referral (yang telah dijelaskan di atas). Untuk melaksanakan diagnose kasulitan belajar peserta didik, kerja sama dengan pihak lain – seperti wali kelas, orang tua, guru dan teman sebaya – sangat dibutuhkan, apalagi saat melakukan langkah identifikasi masalah sampai dengan langkah referral.
            Pada langkah referral, guru menentukan bantuan yang dapat diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan. Bantuan yang diberikan dapat bermacam – macam, biasanya bantuan akhir yang diberikan adalah pembelajaran remedial – untuk penyebab kesulitan belajar tertentu, ada bantuan khusus yang diberikan sebelum dilakukan pembelajaran remedial kepada peserta didik yang mengalami kesulitan –. Dalam melaksanakan pembelajaran remedial juga dilakukan langkah – langkah khusus, yaitu penelaahan kasus kembali, memberikan alternatif tindakan yang diberikan pada peserta didik, kemudian dilakukan evaluasi pengajaran remedial. Pembelajaran remedial yang dilakukan perlu dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan – pendekatan tertentu, seperti pendekatan kuratif, preventif, dan development. Hal tersebut dilakukan agar kesulitan yang dialami peserta didik dapat diatasi, kemudian siswa dapat berkembang secara terus – menerus sehingga ketika mengalami kesulitan yang sama, siswa mengatasi kesulitan tersebut dengan sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Hiryanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Tanpa Kota: Education Phsychology
Rusmana, Nandang. 2010. Diagnostik dan Pembelajaran Remedial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiyanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar