Diagnosis yaitu upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit
(weakness, desease) yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan
studi yang saksama mengenai gejala-gejala (symtons). Diagnosis juga
berarti studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial (Hiryanto, tanpa
tahun, hlm. 3).
Selanjutnya, Sugiyanto (tanpa tahun, hlm. 117) berpendapat bahwa,
pada dasarnya kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam
berbagai jenis manifestasi tingkah lakunya. Gejala kesulitan belajar akan
dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai
bentuk tingkah laku. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas,
tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif
dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Beberapa ciri
tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar
yaitu:
§
Menunjukkan hasil
belajar di bawah rata-rata
§
Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan
§
Lambat dalam melakukan
tugas-tugas kegiatan belajar
§
Menunjukkan sikap yang
kurang wajar
§
Menunjukkan tingkah laku
yang berkelainan
§
Menunjukkan gejala
emosional yang kurang wajar.
Dari
pengertian diagnosis serta kesulitan dalam belajar, dapat disimpulkan bahwa diagnostik
kesulitan belajar adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk
memahami secara mendalam siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar (Rusmana,
2010, hlm. 3). Proses diagnosis kesulitan belajar
adalah menemukan kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara
mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan belajar (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 116).
Diagnostic
kesulitan belajar digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar baik internal
maupun eksternal. Beberapa faktor intern yang dialami oleh siswa yang dapat berpengaruh
pada proses belajar adalah sebagai berikut:
§
Sikap terhadap belajar
§
Motivasi belajar
§
Konsentrasi belajar
§
Mengolah bahan belajar
§
Menyimpan perolehan
hasil belajar
§
Menggali hasil belajar
yang tersimpan
§
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil kerja
§
Rasa percaya diri siswa
§
Inteligensi dan
keberhasilan belajar
§
Kebiasaan belajar
§
Cita-cita siswa
(Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 114).
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau
dari siswa, ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
Dimyati dan Mudjiono (dalam Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 114) menyebutkan
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
§
Guru sebagai pembina
siswa belajar
§
Prasarana dan sarana
pembelajaran
§
Kebijakan penilaian
Lingkungan sosial siswa di sekolah
§
Kurikulum sekolah
Kegiatan Diagnosis dilakukan jika siswa tidak mengalami ketuntasan
dalam belajar, sehingga kegiatan diagnosis ditujukan pada:
·
Bakat yang dimiliki
·
Ketekunan dan tingkat
usaha yang dilakukan siswa
·
Waktu yang tersedia
·
Kualitas pengajaran
·
Kemampuan siswa
·
Tingkat kesulitan yang
diderita siswa (Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 2)
Menurut Ross dan Stanley (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 7), ada
beberapa langkah dalam melaksanakan diagnostic kesulitan belajar:
a.
Who are the pupils
having trouble? (siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan)
b.
Where are the errors
located (dimana kelemahan itu dapat dilokalisasikan)
c.
Why are the errors
occur? (Mengapa kelemahan itu terjadi?)
d.
What remedies are
suggested? (penyembuhan apakah yang disarankan)
e.
How can errors be
prevented? (Bgmn kelemahan itu dapat dicegah?)
Selanjutnya,
Burton (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 8) mendasarkan
pada teknik dan instrument untuk diagnosis kesulitan belajar, yang meliputi:
§
General diagnosis,
menggunakan tes baku.
§
Analystic diagnosis,
menggunakan tes diagnosis
§
Psychological diagnosis,
menggunakan:
§
Observasi
§
Analisis karya tulis
§
Analisis proses dan
respon lisan
§
Analisis berbagai
catatan objektif
§
Wawancara
§
Pendekatan laboratorium
dan klinis
§
Studi kasus
Salah
satu solusi untuk perbaikan siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan
dilakukannya pembelajaran remedial. Menurut Rusmana (2010, hlm. 4), pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu
siswa dan guru setelah melalui suatu proses diagnostic. Hiryanto (tanpa tahun, hlm. 14) berpendapat bahwa pembelajaran remedial
yaitu Suatu proses pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual
diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, bersifat mengoreksi (menyembuhkan)
siswa yang mengalami gangguan belajar.
Prayitno (dalam
Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 120) mengatakan bahwa secara skematik, langkah –
langkah diagnostic dan remedial kesulitan belajar untuk kegiatan bimbingan
belajar adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Skema langkah - langkah diagnostik dan remedial kesulitan belajar |
IMPLIKASI
Setelah
mempelajari konsep dasar diagnostik kesulitan belajar, sebagai calon guru harus
sadar bahwa ketika terjun ke lapangan nanti tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Dalam melaksanakan pembelajaran, hambatan apapun bisa terjadi, salah
satunya yaitu kesulitan siswa dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Kesulitan
yang dialami siswa dapat terjadi karena berbagai factor (meliputi factor yang
berasal dari dalam diri siswa tersebut maupun dari luar). Oleh karena itu,
seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mendiagnosa kesulitan belajar yang
terjadi pada para peserta didiknya.
Untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik, guru harus
memahami karakter dan sikap peserta didiknya ketika di dalam maupun di luar
kelas sehingga identifikasi kasus yang terjadi pada peserta didik mudah
dilakukan. Identifikasi kasus tersebut juga dapat dilakukan dengan memberikan
tes diagnostic (atau instrument lainnya, missal: observasi, wawancara, catatan
anekdot, dll.) kepada peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam belajar. Ketika guru sudah menemukan siswa mana
yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat mengidentifikasi pada bagian mana
siswa tersebut mengalami kesulitan. Selanjutnya, guru mencari tahu tentang factor
– factor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa tersebut. Setelah
itu, guru bertugas untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa
tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Dalam hal kesulitan
belajar siswa, biasanya bantuan yang diberikan yaitu berupa pembelajaran
remedial.
Dalam
mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami siswa, tentunya tidak lepas dari
beberapa instrument yang ada, seperti tes diagnostic, pedoman wawancara,
pedoman observasi, catatan anekdot, dll. serta bantuan dari berbagai pihak (misalnya:
wali kelas, guru BK, orang tua, teman sebaya, dll.) sangat dibutuhkan dalam hal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hiryanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Tanpa
Kota: Education Phsychology
Rusmana, Nandang. 2010. Diagnostik dan Pembelajaran Remedial.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiyanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta