Kamis, 16 April 2015

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR


Diagnosis yaitu upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, desease) yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejala (symtons). Diagnosis juga berarti studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial (Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 3).
Selanjutnya, Sugiyanto (tanpa tahun, hlm. 117) berpendapat bahwa, pada dasarnya kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah lakunya. Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai bentuk tingkah laku. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas, tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar yaitu:
§  Menunjukkan hasil belajar di bawah rata-rata
§  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
§  Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
§  Menunjukkan sikap yang kurang wajar
§  Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan
§  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.
Dari pengertian diagnosis serta kesulitan dalam belajar, dapat disimpulkan bahwa diagnostik kesulitan belajar adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memahami secara mendalam siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar (Rusmana, 2010, hlm. 3). Proses diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 116).
Diagnostic kesulitan belajar digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar baik internal maupun eksternal. Beberapa faktor intern yang dialami oleh siswa yang dapat berpengaruh pada proses belajar adalah sebagai berikut:
§  Sikap terhadap belajar
§  Motivasi belajar
§  Konsentrasi belajar
§  Mengolah bahan belajar
§  Menyimpan perolehan hasil belajar
§  Menggali hasil belajar yang tersimpan
§  Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
§  Rasa percaya diri siswa
§  Inteligensi dan keberhasilan belajar
§  Kebiasaan belajar
§  Cita-cita siswa (Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 114).
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono (dalam Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 114) menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
§  Guru sebagai pembina siswa belajar
§  Prasarana dan sarana pembelajaran
§  Kebijakan penilaian Lingkungan sosial siswa di sekolah
§  Kurikulum sekolah
Kegiatan Diagnosis dilakukan jika siswa tidak mengalami ketuntasan dalam belajar, sehingga kegiatan diagnosis ditujukan pada:
·         Bakat yang dimiliki
·         Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa
·         Waktu yang tersedia
·         Kualitas pengajaran
·         Kemampuan siswa
·         Tingkat kesulitan yang diderita siswa (Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 2)
Menurut Ross dan Stanley (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 7), ada beberapa langkah dalam melaksanakan diagnostic kesulitan belajar:
a.    Who are the pupils having trouble? (siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan)
b.    Where are the errors located (dimana kelemahan itu dapat dilokalisasikan)
c.    Why are the errors occur? (Mengapa kelemahan itu terjadi?)
d.    What remedies are suggested? (penyembuhan apakah yang disarankan)
e.    How can errors be prevented? (Bgmn kelemahan itu dapat dicegah?)
Selanjutnya, Burton (dalam Hiryanto, tanpa tahun, hlm. 8) mendasarkan pada teknik dan instrument untuk diagnosis kesulitan belajar, yang meliputi:
§  General diagnosis, menggunakan tes baku.
§  Analystic diagnosis, menggunakan tes diagnosis
§  Psychological diagnosis, menggunakan:
§  Observasi
§  Analisis karya tulis
§  Analisis proses dan respon lisan
§  Analisis berbagai catatan objektif
§  Wawancara
§  Pendekatan laboratorium dan klinis
§  Studi kasus
Salah satu solusi untuk perbaikan siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan dilakukannya pembelajaran remedial. Menurut Rusmana (2010, hlm. 4), pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu siswa dan guru setelah melalui suatu proses diagnostic. Hiryanto (tanpa tahun, hlm. 14) berpendapat bahwa pembelajaran remedial yaitu Suatu proses pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan belajar.
Prayitno (dalam Sugiyanto, tanpa tahun, hlm. 120) mengatakan bahwa secara skematik, langkah – langkah diagnostic dan remedial kesulitan belajar untuk kegiatan bimbingan belajar adalah sebagai berikut.


Gambar 1. Skema langkah - langkah diagnostik dan remedial kesulitan belajar 



IMPLIKASI
Setelah mempelajari konsep dasar diagnostik kesulitan belajar, sebagai calon guru harus sadar bahwa ketika terjun ke lapangan nanti tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam melaksanakan pembelajaran, hambatan apapun bisa terjadi, salah satunya yaitu kesulitan siswa dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Kesulitan yang dialami siswa dapat terjadi karena berbagai factor (meliputi factor yang berasal dari dalam diri siswa tersebut maupun dari luar). Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mendiagnosa kesulitan belajar yang terjadi pada para peserta didiknya.
Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik, guru harus memahami karakter dan sikap peserta didiknya ketika di dalam maupun di luar kelas sehingga identifikasi kasus yang terjadi pada peserta didik mudah dilakukan. Identifikasi kasus tersebut juga dapat dilakukan dengan memberikan tes diagnostic (atau instrument lainnya, missal: observasi, wawancara, catatan anekdot, dll.) kepada peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Ketika guru sudah menemukan siswa mana yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat mengidentifikasi pada bagian mana siswa tersebut mengalami kesulitan. Selanjutnya, guru mencari tahu tentang factor – factor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa tersebut. Setelah itu, guru bertugas untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Dalam hal kesulitan belajar siswa, biasanya bantuan yang diberikan yaitu berupa pembelajaran remedial.
Dalam mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami siswa, tentunya tidak lepas dari beberapa instrument yang ada, seperti tes diagnostic, pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan anekdot, dll. serta bantuan dari berbagai pihak (misalnya: wali kelas, guru BK, orang tua, teman sebaya, dll.) sangat dibutuhkan dalam hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Hiryanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Tanpa Kota: Education Phsychology
Rusmana, Nandang. 2010. Diagnostik dan Pembelajaran Remedial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiyanto. Tanpa Tahun. Diagnostik Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar