Pembelajaran adalah proses yang sengaja
dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu.
Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal
dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam
diri individu (Pribadi, 2010, hlm. 10).
Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan
oleh Smith dan Ragan (dalam Pribadi, 2010, hlm. 9) mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang
diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.
Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh
seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan
permasalahan. Bimbingan bertujuan membantu seseorang agar bertambah kemampuan
bertanggungjawab atas dirinya (Sukardi, 1983 hlm. 65)
Definisi tentang pembelajaran berbasis
bimbingan dikatakan oleh Mariyana yang berpendapat bahwa pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman
terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
Maka ketika pembelajaran berbasis bimbingan dilaksanakan di TK, pelaksanaannya
terintegrasi dan menjadi bagian yang terpadu dalam program kegiatan belajar TK
secara holistik serta berdasarkan pada konsep pembelajaran berbasis bimbingan
yang sesuai untuk anak TK.
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008,
hlm. 2), pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1. Diperuntukkan bagi semua
murid
2. Memperlakukan murid sebagai
individu yang unik dan sedang berkembang
3. Mengakui murid sebagai
individu yang bermartabat dan berkemampuan
4. Terarah ke pengembangan
segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal
5. Disertai dengan berbagai
sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan
kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Menurut Biduman (2009), dalam mengikuti
pembelajaran berbasis bimbingan, diharapkan peserta didik memperoleh beberapa
kesempatan berikut:
1. Mengenal dan memahami
potensi, kekuatan, dan tugastugasnya
2. Mengenal dan memahami
potensi-potensi yang ada di lingkungannya
3. Mengenal dan menentukan
tujuan dan rencana hidupnya serta rencana tercapainya tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri
5. Menggunakan kemampuannya
untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat
6. Menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan lingkungannya
7. Mengembangkan segala potensi
dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal
Biduman juga mengatakan beberapa prinsip yang
digunakan dalam pembelajaran berbasis bimbingan yaitu:
1. Didasarkan pada needs
assessment
2. Dikembangkan dalam suasana
membantu (Helping Relationship)
3. Bersifat memfasilitasi
4. Berorientasi pada:
>Learning to be (belajar untuk
menjadi)
>Learning to learn (belajar
untuk belajar)
§ >Learning to work (belajar
untuk bekerja dan berkarir)
§ >Learning to live together
(belajar untuk hidup bersama)
5. Tujuan utama perkembangan
potensi secara optimal
Pembelajaran berbasis bimbingan sejalan dengan
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan peserta didik. Beberapa model
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran berbasis bimbingan yaitu:
1. Model Pemrosesan Informasi (Processing information model)
Model pembelajaran yang termasuk dalam kelompok
ini berisikan modelmodel pembelajaran yang menekankan pada cara seorang
individu dalam memberikan jawaban yang berasal dari lingkungan belajarnya
dengan cara menyusun data, mereformulasikan permasalahan, membentuk suatu
konsep dan rencana pemecahan masalah disertai penggunaan simbol-simbol verbal
dan nonverbal. Kita dapat menemukan model pembelajaran yang memiliki prinsip
yang sama yaitu modelmodel yang berorientasi pada proses seorang pembelajar
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, membentuk performansi intelektualnya,
dan melakukan interaksi sosial dan interpersonal (Anonim, hlm. 4).
2. Model Personal (Personal mode)
Kelompok model ini terdiri dari model-model
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu. Kelompok model ini
menekankan pada suatu proses yang membantu individu tersebut dalam membentuk
dan menyusun kenyataan yang unik. Jenis model ini berhubungan erat dengan
kehidupan emosional seorang pembelajar dalam rangka membantunya untuk
mengembangkan hubungannya dengan lingkungannya secara produktif (Anonim, hlm.
4).
3. Model Interaksi Sosial (Sosial interaction model)
Kelompok model interaksi sosial menitikberatkan
pada hubungan seorang individu dengan masyarakat lain atau orang lain dengan
cara mengembangkan kemampuannya untuk melihat suatu kenyataan sebagai suatu
negosiasi (social negotiated). Konsekuensi dari kelompok model
pembelajaran ini adalah untuk membentuk individu agar mampu berinteraksi dengan
masyarakat atau orang lain (Anonim, hlm. 5).
4. Model Perilaku (Attitude model)
Kelompok model pembelajaran ini dibentuk
berdasarkan pada teori umum, yaitu teori perilaku. Salah satu tanda dari model
pembelajaran ini yaitu memberikan refleksi tentang pemecahan tugas belajar
terhadap sikap yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran diarahkan pada
perubahan perilaku seseorang dan perubahan tersebut mesti diobservasi.
Jenis-jenis model perilaku di antaranya teori pembelajaran, teori pembelajaran
sosial, perubahan sikap dan terapi sikap (Anonim, hlm. 5).
5. Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB)
Model pembelajaran ini dikembangkan untuk
meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya local; desainnya berangkat dari
tema budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen
desainnya terdiri atas tema budaya lokal, tujuan integratif, materi
pembelajaran terintegrasi dengan budaya lokal yang relevan, kegiatan
pembelajaran terpadu berbasis budaya, alat-media dan sumber yang beragam dan
kontekstual, serta komponen penilaian yang menekankan penilaian proses dan
hasil; implementasinya terdiri atas tiga tahap, yakni pengkondisian, penciptaan
makna dan konsolidasi; dan penilaian meliputi penilaian proses dan hasil
(Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201)
6. Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Terpadu
Mata pelajaran Integrated Writing ini
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan berbahasa yang
terpadu, sebagaimana yang akan mereka hadapi dalam kehidupan "nyata"
baik di dalam lingkungan akademik maupun dalam lingkup sosial/masyarakat
pengguna dan di dunia kerja. Setelah perkuliahan pebelajar mampu meringkas,
mensintesa, dan mengembangkan bahan-bahan yang didengar, dibaca dan
didiskusikan untuk kemudian menuangkannya dalam suatu karya tulis dengan tata
bahasa, kosakata, dan kaidah penulisan yang benar. Materi pembelajaran Integrated
Writing ini meliputi materi mendengarkan pembelajaran singkat (Listening
to short lectures), membaca materi atau artikel ilmiah (reading lecture
or scientific lexts), dan mengadakan diskusi kelompok (group
discussions) tentang materi yang baru didengar dan dibaca. Materi listening
yang otentik dapat diperoleh dari bahan (kaset, atau VCD/DVD) yang
direkam dari TV misalnya siaran berita berbahasa Inggris dari BBC,
ABC, CNN, atau stasion TV Nasional untuk tingkat intermediate, atau
pidato dan kuliah singkat untuk tingkat high intermediate sampai advanced.
Materi reading dapat diambil dari artikel ilmiah dari buku teks atau
jurnal internasional, artikel-artikel dari majalah yang terkemuka seperti Times,
Newsweek, atau National Geographic, maupun artikel yang di "download"
dari internet. Pebelajar juga perlu dilatih cara membuat catatan paraphrasing
dan summarizing yang baik, dari bahan audio dan tertulis (Penyelenggara
PLPG Rayon 4, hlm. 172-173).
7. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pembelajaran yang diberikan. Model pembelajaran kooperatif learning ini
dikembangkan untuk mencapai empat tujuan, di antaranya yaitu: hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, pengembangan keterampilan social,
serta lingkungan belajar dan system pengelolaan (Penyelenggara PLPG Rayon 4,
hlm. 176-177).
Masih banyak lagi model – model pembelajaran
yang belum disebutkan. Kebanyakan dari model – model pembelajaran yang sudah
ada, diciptakan dengan dasar/ berorientasi pada perkembangan peserta didik yang
akhirnya bermuara pada pencapaian tugas perkembangan peserta didik tersebut. Adanya
model yang bermacam – macam, memberikan kebebasan guru untuk memilah model –
model yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, sasaran pembelajarannya
(peserta didik), serta lingkungan sekitar/suasana belajar yang ada.
IMPLIKASI
Setelah mempelajari materi ini, sebagai calon
guru mungkin merasa diingatkan kembali untuk memilah – milah model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan sasaran belajarnya (peserta didik)
nantinya. Dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan kesesuaian antara tugas perkembangan peserta didik, materi
yang diajarkan, serta lingkungan sekitar peserta didik.
Peran guru adalah sebagai pendidik. Oleh karena
itu, tugas seorang guru di dalam kelas bukan hanya untuk menyampaikan materi
saja dengan asumsi bahwa materi tersebut dapat dicerna oleh peserta didiknya
atau tidak, kemudian peserta didik yang diajarnya memperoleh nilai 100 (atau
bahkan tidak peduli juga dengan peserta didik yang gagal akan mata pelajaran
yang diampunya). Tugas guru yaitu untuk membantu peserta didiknya untuk
mencapai pada tugas perkembangan yang seharusnya dipenuhi oleh peserta didik
tersebut dengan tanpa mempersulit peserta didik (dalam pencapaian tugas
perkembangannya), apabila peserta didik menemukan permasalahan di tengah proses
pencapaian tugas perkembangannya, guru membantu peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mempertimbangkan asas kemandirian
pada peserta didik. Dalam pelaksanaannya, tentunya guru mata pelajaran harus
membantu pencapaian tugas perkembangan peserta didik dengan mata pelajaran yang
diampunya. Harapannya, pembelajaran yang dilakukan seorang guru yang berorientasi
pada perkembangan siswa ini dapat menciptakan individu yang berkembang secara
optimal; dapat mengembangakan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin; dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar; dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya saat ini dan pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alexon dan Nana Syaodih
Sukmadinata. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
untuk meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Jurnal : 2 hlm.
201
Anonim. Tanpa tahun. Kajian
Pustaka: Perancangan Model Pembelajaran. Tanpa Kota. Tidak diterbitkan
Biduman, N. 2009. Strategi
Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Bandung
Mariyana, Rita. (tanpa tahun).
Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak – Kanak
(Studi Deskriptif terhadap Guru TK di Bandung). [Jurnal]. Tidak diterbitkan
Mariyana, Rita. 2008. Implementasi
Program Pembelajaran Berbasis Bimbingan di TK. [Artikel Penelitian]. Tidak
diterbitkan
Penyelenggara Sertifikasi Guru (PLPG) Rayon 24. Tanpa tahun. Model
Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar. Makassar: Universitas Negeri
Makassar
Pribadi, Benny Agus. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan
dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Ussana Offect Printing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar