Kamis, 19 Maret 2015

Pengorganisasian BK (Peran Guru dalam Kegiatan BK di Sekolah: SD/SLTP/SLTA)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Organisasi bermakna (1) kesatuan (susunan dsb) yg terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dl perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu; (2) kelompok kerja sama antara orang-orang yg diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Winardi dalam Jareperpus (2011), Organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting,dan dimana terlihat bahwa masing – masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran – sasaran atau tujuan – tujuan organisasi yang bersangkutan. Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri - sendiri. Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu atau serangkain sasaran tertentu.
Pengorganisasian dalam Bimbingan dan konseling berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pihak manajemen perlu menetapkan tugas-tugas apa yang perlu di laksanakan, siapa yang harus melaksanakannya, dan siapa yang akan mengambil keputusan-keputusan tentang tugas itu. (Jareperpus, 2011)
Pendidikan di sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju kedewasaannya secara utuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam sistem pendidikan di sekolah telah dikembangkan 3 sub sistem, yang meliputi sub sistem administrasi (administration), sub sistem pengajaran (instruction) dan sub sistem pemberian bantuan atau pembinaan siswa(pupil/student personal service). Bidang bimbingan dan konseling termasuk pada bidang pemberian bantuan/pembinaan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan gambar berikut:











Ketiga sub sistem ini bekerja sama menurut fungsinya masing-masing, dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya meliputi beberapa komponen/aspek yang secara bersama-sama merupakan suatu kebulatan. Komponenkomponen itu berupa komponen intelektual, komponen sikap, komponen nilai-nilai hidup dan juga komponen ketrampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut belumlah cukup hanya melalui bidang pengajaran, meskipun disadari bidang pengajaran (instruction) memang merupakan bidang utama dalam keseluruhan pendidikan di sekolah.
Bimbingan dan konseling sebagai salah salah satu sub sistem pendidikan di sekolah harus dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Setiap siswa dengan segala keunikannya masing-masing, dengan berbagai kebutuhannya, yang kadang-kadang memerlukan orang-orang/personil tertentu untuk membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kemampuan/keunikannya, memecahkan persoalan/masalah yang dihadapinya serta memenuhi kebutuhannya. Guru dan kepala sekolah telah banyak dituntut untuk melaksanakan tugasnya masing-masing, maka peranan guru pembimbing di sekolah semakin penting. Berikut merupakan contoh bagan struktur organisasi BK di sekolah















Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
proses pendidikan di lembaga sekolah. Oleh karena itu, penyelenggaraan BK dapat melibatkan
personil yang ada di sekolah seperti melibatkan guru bidang studi dalam mensukseskan program
BK di sekolah. Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru bidang studi dapat dilibatkan dalam
penyelenggaraan program BK di sekolah. Pertama, bahwa pengenalan fungsi dan pelayanan BK
termasuk salah satu kemampuan dasar dari seorang guru. Artinya, guru yang profesional itu harus
memiliki kompetensi. Di antara komptetensi yang semestinya dikuasai oleh guru bidang studi
adalah pemahaman tentang BK. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sardiman tentang
sepuluh kompetensi guru sebagai berikut: (1) menguasai bahan; (2) mengelola program belajarmengajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media/sumber; (5) menguasai landasan
kependidikan; (6) mengelola interaksi belajar mengajar; (7) menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran; (8) mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan konseling; (9)
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) memahami prinsip-prinsip dan
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. 25
Kedua, guru adalah personil sekolah yang paling sering bertatap muka langsung dengan
para siswa. Dengan demikian guru lebih banyak kesempatan untuk dapat mengamati dan
mengenali kekuatan dan kelemahan para siswanya serta berbagai faktor yang mendorong dan
menghambat pencapaian tujuan belajar bagi siswa. Dua pertimbangan di inilah yang menjadi
alasan bahwa guru bidang studi memiliki kedudukan dan peranan strategis dalam
penyelenggaraan program layanan BK. Lalu seperti apa peran yang dapat dilakukan guru bidang stdi dalam menyukseskan penyelenggaraan BK? Dalam hal ini, Soetjipto mengemukakan peran yang dapat dimainkan guru bidang studi sebagai berikut (1) turut serta dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling; (2) memberikan informasi tentang siswa terhadap staf bimbingan dan konseling; (3) memberikan layanan instruksional (pengajaran); (4) berpartisipasi dalam pertemuan kasus; (5) memberikan informasi kepada siswa; (6) meneliti kesulitan dan kemajuan siswa; (7) menilai hasil kemajuan belajar siswa; (8) mengadakan hubungan dengan orang tua siswa; (9) bekerja sama dengan konselor untuk mengumpulkan data siswa dalam usaha mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa; (10) membantu memecahkan masalah siswa; (11) mengirimkan (referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada konselor; dan (12) mengidentifikasikan, menyalurkan dan membina bakat siswa. 26 Selanjutnya, Dewa Ketut Sukardi mengemukakan peran yang dapat dilakukan guru bidang studi dalam layanan BK sebagai berikut: (1) membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa; (2) membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan; (3) mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing; (4) menerima siswa alih tangan dari pembimbing/konselor yang memerlukan pelayanan pengajaran khusus; (5) membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan; (6) memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan untuk mengikuti/menjalani layanan kegiatan yang dimaksudkan itu; (7) berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi kasus; dan (8) membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Jareperpus. 2011. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://jareperpus.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo_27.html


Suhertina. (tanpa tahun). Peranan Guru Bidang Studi dalam Program Pelayanan Bimbinga Konseling di Sekolah Menengah Atas. [Online]. Diakses dari http://ftk.uin-suska.ac.id/attachments/article/16/suhertina-bk.pdf

MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)

A.   Permasalahan Siswa di Sekolah
Menurut Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Nurihsan (2006) mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat pada individu, masalah – masalah tersebut antara lain:
1.    Masalah akademik
Adapun yang termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas – tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, kesulitan belajar, dan lain – lain.
2.    Masalah social pribadi
Adapun yang tergolong dalam masalah – masalah social-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
3.    Masalah karier
Adapun yang tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman terhadap jabatan dan tugas – tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan lain – lain.
4.    Masalah keluarga

Yusuf dalam Yusuf (2014) menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya di beberapa SMK di Jawa Barat. Permasalahan – permasalahan tersebut yaitu:
1.      Masalah pribadi
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
§   Kurang motivasi untuk mempelajari agama
§   Kurang memahami agama sebagai pedoman hidup
§   Kurang menyadari bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
§   Masih merasa malas untuk melaksanakan sholat
§   Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
§   Masih memiliki kebiasaan berbohong
§   Masih memiliki kebiasaan menyontek
§   Kurang disiplin
§   Masih kekanak – kanakan
§   Belum dapat menghormati orang tua secara ikhlas
§   Masih kurang mampu menghadapi situasi frustasi
§   Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
§   Masih suka melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan baik buruknya, atau untung-ruginya
§   Merasa rendah diri

2.      Masalah social
Yang tergolong dalam masalah social yang dialami siswa antara lain:
§   Kurang menyenangi kritikan orang lain
§   Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan
§   Kurang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan social
§   Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
§   Sikap kurang positif terhadap pernikahan
§   Sikap kurang positif terhadap hidup berkeluarga

3.      Masalah belajar
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
§   Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
§   Kurang memahami cara belajar yang efektif
§   Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
§   Kurang memahami cara membaca buku yang efektif
§   Kurang memahami cara membagi waktu belajar
§   Kurang menyenangi mata pelajaran tertentu

4.      Masalah karir
Yang tergolong ke dalam permasalahan karir yaitu;
§   Kurang mengetahui cara memilih program studi
§   Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir
§   Masih bingung memilih pekerjaan
§   Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah lulus
§   Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja
Terkait dengan masalah siswa di sekolah, Badarudin (2011) berpendapat bahwa dalam interaksi belajar mengajar, siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Namun demikian, tidak semua murid dapat mencapai tujuan atau sasaran belajar itu dengan cepat dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat Badarudin (2011), dapat dikatakan bahwa terdapat sesuatu yang janggal dalam proses belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal tersebut dapat disebut sebagai masalah belajar bagi siswa.
 Menurut Badarudin (2011), masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di Sekolah Dasar:
1.       Keterlambatan akademik; yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal
2.       Kecepatan dalam belajar;  yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi
3.       Sangat lambat dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.       Penempatan kelas; yaitu murid-murid yang umur, kemampuan,ukuran dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya
5.       Kurang motivasi belajar; yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas
6.       Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar; yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, mengulur – ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya
7.       Sering tidak sekolah; yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.

B.  Pendekatan – pendekatan Umum dan Strategi yang Dilakukan dalam Bimbingan dan Konseling
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Nurihsan (2006) merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling, empat pendekatan tersebut antara lain:

1.    Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah – masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.

2.    Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini, perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung perbaikan perilaku tersebut.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa memunculkan masalah itu.

3.    Pendekatan preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Suryana dan Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini. Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika guru menggunakan pendekatan preventif dia akan mengajari peserta didik nya secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu
4.    Pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan – kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri badiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
IMPLIKASI
Implikasi materi “masalah – masalah yang dialami siswa di sekolah serta pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan” kepada calon guru bidang studi yaitu dapat memberikan wawasan kepada calon guru bidang studi tentang beberapa masalah yang biasa terjadi pada siswa – siswa di sekolah (terutama masalah belajar), sehingga guru itu dapat melakukan tindakan preventif pada siswa dengan memilih pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa – siswa yang memiliki latar belakang, karakteristik, dan permasalahan yang berbeda. Selain itu, jika seorang guru menemukan beberapa siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam kelas, guru melakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu kemudian guru mugkin dapat membantu terhadap permasalahan yang dialami beberapa siswa tersebut  dengan strategi – strategi tertentu, sebelum permasalahan tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut mungkin harus dilakukan, karena guru bidang studi merupakan guru yang sehari – harinya bertatap muka/bertemu langsung dengan siswa, lebih – lebih untuk seorang wali kelas yang kedudukannya sebagai orang tua siswa dalam kelas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Badarudin. 2011. Materi Bahan Ajar Kuliah: Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Purwokerto: tidak diterbitkan
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama
Suryana, Asep dan Suryadi. 2012. Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementertan Agama RI
Yusuf L. N., Syamsu. 2014. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bandung: Rizqi Press



Kamis, 12 Maret 2015

TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU

Menurut Herni (2012), pemahaman individu merupakan suatu cara/kegiatan pengumpulan informasi untuk dapat mengenal, mengerti, menilai, serta memahami individu secara keseluruhan, baik karakteristik, latar belakang, maupun masalah yang dialaminya. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling, tujuan dari pemahaman individu ini adalah untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Harapannya, individu akan memperoleh bantuan yang terarah sehingga apa yang diharapkannya dapat tercapai.
Herni (2012) juga mengatakan bahwa pemahaman individu ini sangat penting untuk memberikan warna profesional pada layanan BK. Dalam hal ini, setiap jenis dan strategi layanan memiliki dasar yang kuat sehingga dapat dilakukan secara sistematis. Apabila terjadi kegagalan maka dapat ditelusuri kebelakang, ada dasarnya, dan jika ada kesalahan, dapat ditelusuri letaknya. Pemahaman individu ini dapat berfungsi sebagai dasar pelaksanaan setiap layanan BK, karena dengan pemahaman individu dapat diketahui karakteristik masalah dan kebutuhan bimbingan dari individu yang bersangkutan. Selain itu, hasil dari pemahaman individu ini dapat digunakan sebagai tumpuan dari setiap layanan BK, dalam hubungan dengan prediksi, diagnosis, evaluasi program layanan bagi individu yang bersangkutan.
Aspek – aspek individu yang perlu menjadi objek sasaran pemahan individu yaitu:
§  Aspek Pribadi; terkait dengan individu sebagai pribadi, individu sebagai masyarakat sosial, individu sebagai peserta didik. Dalam hal pembahasan individu sebagai pribadi, sasaran pemahaman indivudu adalah kebutuhan konseli dan/atau permasalahan klien.
§  Aspek Rohani; meliputi aspek kognitif (IQ, bakat) dan aspek nonkognitif (SQ, EQ, sikap, minat).
§  Aspek Sosial; terkait dengan keadaan lingkungan, keluarga (status keluarga, status ekonomi keluarga).
§  Aspek masalah; terkait dengan faktor penyebab masalah, gejala masalah, karakteristik masalah.
Untuk memahami aspek – aspek tersebut, perlu adanya teknik pemahaman individu yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Menurut Jayuz (2013), teknik nontes dapat dilakukan dengan wawancara, observasi, angket, sosiometri. Herni (2012) menambahkan beberapa teknik nontes untuk memahami individu, yaitu catatan anekdot, inventori, laporan kepribadian, biografi/autobiografi dan daftar cek masalah. Untuk teknik tes, Aliya (2013) menyebutkan beberapa teknik tes yang dapat digunakan untuk memahami individu, seperti tes intelegensi umum, tes bakat, tes kepribadian, serta tes hasil belajar.
A.      TEKNIK NONTES
1.       Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara bisa dilakukan dengan peserta didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali kelas, orang tua maupun teman-temannya bila hal ini diperlukan.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :
§  Pewawancara harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber data berikan. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
§  Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara. Untuk kelebihannya yaitu Flexibility, Nonverbal Behavior, Question Order, Respondent alone can answer, dan Completeness. Adapun kelemahanya yaitu:
§  Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
§  Kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi.
§  Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).
§  Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
§  Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.

2.       Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh suatu pemahaman dan dilakukan  secara langsung, seksama dan sistematis. Sehingga pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamat  mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa, terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-temannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keseharian peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Teknik observasi ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Diantaranya :
Kelebihan :
§  Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
§  Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
§  Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
§  Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Kekurangan:
§  Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
§  Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
§  Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
3.       Angket
Angket (Questioner) adalah alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden, yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Berikut kelebihan menggunakan angket. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan angket.
§  Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
§  Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
§  Responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.

Kelemahan dari angket :
§  Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah kurang tepat.
§  Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
§  Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan di lain nomor.
§  Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.

4.       Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Sosiometri dapat juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan juga dipergunakan untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap teman-temannya dalam kelompok, baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja, dan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini adalah untuk:
§  Memperbaiki hubungan insani (human relationship);
§  Menentukan kelompok kerja tertentu;
§  Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada suatu kegiatan tertentu;
§  Mengatur tempat duduk dalam kelas; serta
§   Mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.
Metode ini biasanya digunakan pada kelompok-kelompok kecil (misalnya 10 sampai 100 orang). Apabila terlalu banyak jumlahnya, penentuan hubungan sosial antarindividu akan menjadi kabur dan akan mengalami kesulitan
5.       Catatan anekdot
Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang dihasilkan dapat mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian siswa. tujuan dari teknik ini yaitu mengumpulkan informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum cukup menyajikan informasi yang relevan, dibutuhkan beebrapa anekdota yang ditulis beberapa pengamat (guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari beberapa pengamat itu dikumpulkan dan  dipelajari dalam satu urutan kronologis yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk menggamabarkan satu-dua aspek kepribadian siswa.

6.       Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pertanyaan tersebut individu diminta untuk memilih mana pernyataan yang cocok dengan dirinya. Inventory adalah metode untuk memahami individu dengan memberikan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan keadaan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami diri. Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi diri (self-deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek kepribadian bentuknya pernyataan dgn jawaban singkat.. Contoh : (iniventory kepribadian, inventory minat, tingkat nilai religius, bisa juga untuk mengungkap sistem nilai pada suatu mausia.
Teknik inventori ini digunakan untuk:
§  Pemahaman pribadi secara umum: Minat, Sikap, Kebiasaan belajar, Tempramen, Karakter, Jenis masalah
§  Pemahaman terhadap lingkungan social
§  Pemahaman perkembangan individu yang meliputi : Landasan religious, Perilaku etis, Kematangan emosi, Kematangan intelektual, Kesadaran tanggung jawab, Peran sosial (wanita dan pria), Penerimaan diri dan pengembangan, Kemandirian dan perilaku ekonomis, Persiapan karir, dan Hubungan dengan teman sebaya

7.       Biografi atau autobiografi
Alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun orang lain. Biografi ditulis oleh orang lain yang berisi riwayat hidup seseorang. Autobiografi adalah alat pengumpul data yang ditulis sendiri oleh orang itu hingga akhir hidupnya. Objek yang dipahami dalam penulisan biografi adalah:
§   Keterangan tentang diri
§   Saya dan keluarga
§   Riwayat kesehatan
§   Riwayat pendidikan
§   Rekreasi pengisian waktu luang
§   Pribadi saya
Konselor dapat membantu peserta didik membuat  autibiografi dengan memberikan suatu daftar yang dicantumkan
§   Cita-cita
§   Pengalaman yang paling mengesankan
§   Keadaan orang tua
§   Riwayat pendidikan
§   Riwayat kesehatan
§   Kegiatan untuk mengisi waktu luang
§   Hubungan dengan teman-teman
§   Masa depan pendidikan
8.       Daftar Cek Masalah
Daftar cek masalah merupakan alat atau instrumen yang berupa daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang/memancing pengutaraan masalah-masalah atau problem-problem yang pernah atau sedang dialami seseorang. Dafar cek masalah berguna untuk mengetahui data pribadi siswa yang mencerminkan tingkah laku siswa beserta masalah-masalah yang sudah dan pernah dialami oleh siswa yang tidak dapat diungkapkan secara lisan.

B.      TEKNIK TES
1.       Tes intelegensi umum
Tes semacam ini digunakan untuk mengukur kecerdasan. Satuan yang digunakan dalam tes Binet adalah IQ (intelegence question) yang diperoleh dari hasil pembagian antara usia mental dengan usia kronologis dikalikan 100.
2.       Tes bakat
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek khusus, seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik (kemampuan menggunakan angka-angka).
3.       Tes kepribadian
Tes kepribadian digunakan untuk mengukur sifat-sifat atau karakteristik primer dan skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa humor, seksual dan sebagainya
4.       Tes hasil belajar
Jenis tes yang paling popular dalam dunia pendidikan adalah tes hasil belajar.  Tes ini ada yang distandarisasikan dan ada pula tes buatan guru.  Tujuan utama tes hasil belajar adalah mengukur dan menilai terhadap pengaruh suatu usaha pembelajaran di sekolah. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan individu setelah ia menempuh proses belajar-mengajar di sekolah sekaligus mengetahui pencapaian tujuan belajar anak didik. Bentuk tes hasil belajar yang paling dikenal ialah tes bentuk subjektif (tes essay).  Namun adapula bentuk lain seperti tes objektif yang berupa pilihan ganda, tes benar-salah dan sebagainya.



ANALISIS
Dalam mengimplementasikan program layanan bimbingan dan konseling, perlu dilakukan suatu pemahaman terhadap objek bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu peserta didik. Pemahaman terhadap individu tersebut sangat penting untuk memberikan landasan terhadap pelaksanaan BK dalam melangkah melayani masing – masing peserta didik.
Pemahaman terhadap individu dilakukan dengan mengumpulkan data dari tiap – tiap individu yang bersangkutan. Data – data tersebut dapat diambil langsung dari individu yang bersangkutan, dapat juga diambil dari orang lain. Aspek – aspek  yang perlu dijadikan objek dalam pemahaman individu yaitu seluruh aspek dalam kehidupan, seperti aspek pribadi (terkait dengan individu sebagai pribadi, masyarakat social, dan peserta didik); aspek rohani (aspek kognitif dan aspek nonkognitif, seperti IQ, bakat, SQ, EQ, sikap, dan minat); aspek social (terkait dengan keadaan lingkungan sekitar); serta aspek masalah (latar belakang terjadinya masalah, karakteristik masalah).
Aspek – aspek tersebut dapat dipahami dengan mengumpulkan data – data tentang individu yang bersangkutan, bisa dengan teknik tes, bisa juga dengan teknik nontes. Terdapat berbagai macam teknik untuk mengumpulkan data peserta didik dengan teknik tes dan nontes. Teknik – teknik tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. Masing – masing teknik mempunyai kelebihan, kekurangan, serta kegunaan masing – masing. Terdapat hal yang membedakan antara teknik tes dan nontes, dalam teknik tes kita memiliki instrument tes yang hanya dapat membandingkan persamaan dan perbedaan. Tetapi, dengan teknik nontes, kita tidak dapat mengambil data tentang kehidupan batin individu (pikiran, emosi, dan minat) serta ciri – ciri yang Nampak secara umum yaitu karakteristik dan kemampuan sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aliya, septa. 2013. Hand out Mata Kuliah Pemahaman Individu (Teknik Tes). [Online]. Diakses dari http://septaaliya.blogspot.com/2013/03/hand-out-mata-kuliah-pemahaman-individu.html
Herni, Suti. 2012. Bimbingan dan Konseling: Pemahaman Individu. [Online]. Diakses dari http://suti-bee-bk.blogspot.com/2012/11/pemahaman-individu.html

Jayuz, Hisyam. 2013. Teknik Nontes untuk Memahami Peserta Didik. [Online]. Diakses dari http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/teknik-nontes-untuk-memahami-peserta_8.html