A. Permasalahan Siswa di Sekolah
Menurut
Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Nurihsan (2006)
mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat pada individu,
masalah – masalah tersebut antara lain:
1.
Masalah
akademik
Adapun yang termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas – tugas dan latihan,
pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan,
kesulitan belajar, dan lain – lain.
2.
Masalah social
pribadi
Adapun yang tergolong dalam masalah – masalah social-pribadi adalah
masalah hubungan dengan sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
3.
Masalah karier
Adapun yang tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman
terhadap jabatan dan tugas – tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian
pekerjaan, dan lain – lain.
4.
Masalah
keluarga
Yusuf dalam
Yusuf (2014) menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya di beberapa
SMK di Jawa Barat. Permasalahan – permasalahan tersebut yaitu:
1.
Masalah pribadi
Beberapa
permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
§
Kurang motivasi untuk mempelajari
agama
§
Kurang memahami agama sebagai
pedoman hidup
§
Kurang menyadari bahwa setiap
perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
§
Masih merasa malas untuk
melaksanakan sholat
§
Kurang memiliki kemampuan untuk
bersabar dan bersyukur
§
Masih memiliki kebiasaan berbohong
§
Masih memiliki kebiasaan menyontek
§
Kurang disiplin
§
Masih kekanak – kanakan
§
Belum dapat menghormati orang tua
secara ikhlas
§
Masih kurang mampu menghadapi
situasi frustasi
§
Masih kurang mampu mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
§
Masih suka melakukan suatu perbuatan
tanpa pertimbangan baik buruknya, atau untung-ruginya
§
Merasa rendah diri
2.
Masalah social
Yang tergolong
dalam masalah social yang dialami siswa antara lain:
§
Kurang menyenangi kritikan orang
lain
§
Kurang memahami tata karma (etika)
pergaulan
§
Kurang berminat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan social
§
Merasa malu untuk berteman dengan
lawan jenis
§
Sikap kurang positif terhadap
pernikahan
§
Sikap kurang positif terhadap hidup
berkeluarga
3.
Masalah belajar
Beberapa
permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
§
Kurang memiliki kebiasaan belajar
yang baik
§
Kurang memahami cara belajar yang
efektif
§
Kurang memahami cara mengatasi
kesulitan belajar
§
Kurang memahami cara membaca buku
yang efektif
§
Kurang memahami cara membagi waktu
belajar
§
Kurang menyenangi mata pelajaran
tertentu
4.
Masalah karir
Yang tergolong
ke dalam permasalahan karir yaitu;
§
Kurang mengetahui cara memilih
program studi
§
Kurang mempunyai motivasi untuk
mencari informasi tentang karir
§
Masih bingung memilih pekerjaan
§
Merasa cemas untuk mendapat
pekerjaan setelah lulus
§
Belum memiliki pilihan perguruan
tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja
Terkait dengan masalah siswa di sekolah, Badarudin (2011) berpendapat
bahwa dalam interaksi belajar mengajar, siswa merupakan kunci utama
keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Namun demikian,
tidak semua murid dapat mencapai tujuan atau sasaran belajar itu dengan cepat
dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat Badarudin (2011), dapat dikatakan bahwa terdapat
sesuatu yang janggal dalam proses belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal
tersebut dapat disebut sebagai masalah belajar bagi siswa.
Menurut Badarudin (2011),
masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas. Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di Sekolah
Dasar:
1.
Keterlambatan akademik; yaitu keadaan
murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak
dapat memanfaatkan secara optimal
2.
Kecepatan dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya
yang amat tinggi
3.
Sangat lambat dalam belajar; yaitu keadaan
murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.
Penempatan kelas; yaitu
murid-murid yang umur, kemampuan,ukuran dan minat-minat sosial yang terlalu
besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya
5.
Kurang motivasi belajar; yaitu keadaan
murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan
malas
6.
Bersikap dan kebiasaan buruk dalam
belajar; yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya
sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas,
mengulur – ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang
tidak diketahui dan sebagainya
7.
Sering tidak sekolah; yaitu
murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu
yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya. Nurihsan (2006) merumuskan empat pendekatan
sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling, empat pendekatan tersebut
antara lain:
1.
Pendekatan
Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan
yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan
ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah – masalah yang dialami individu.
Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu yang datang. Selanjutnya,
mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012)
mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi
yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti”
dapat mengatasi krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada
guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai.
Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk
membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai.
Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut untuk
datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai
tuntas.
2.
Pendekatan Remedial
Pendekatan
remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu
memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan
remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi
behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini,
perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab
itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung
perbaikan perilaku tersebut.
Terkait dengan
pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi
yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan, seperti
mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu seperti keterampilan
belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial dan sejenisnya
yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan
menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan mengajarkan
keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki keterampilan untuk
mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Keterampilan
berdamai adalah keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua peserta didik
tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa memunculkan masalah itu.
3.
Pendekatan
preventif
Pendekatan preventif
merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah umum
individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing
memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah
masalah tersebut.
Suryana dan
Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan,
merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan
sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta didik
secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru
dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan
menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat
mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam
pendekatan ini. Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu
termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika
guru menggunakan pendekatan preventif dia akan mengajari peserta didik nya
secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat
mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih
dahulu
4.
Pendekatan
perkembangan
Pendekatan
perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada
individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan –
kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian
kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan
bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang
menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara
individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi,
diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
Suryana dan
Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan
ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan
konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan pendekatan
perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi sejak
tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar
bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri badiyang
diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh
karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar
yang menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum
bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
IMPLIKASI
Implikasi
materi “masalah – masalah yang dialami siswa di sekolah serta pendekatan dan
strategi bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan” kepada calon guru
bidang studi yaitu dapat memberikan wawasan kepada calon guru bidang studi
tentang beberapa masalah yang biasa terjadi pada siswa – siswa di sekolah
(terutama masalah belajar), sehingga guru itu dapat melakukan tindakan
preventif pada siswa dengan memilih pendekatan, model, dan metode pembelajaran
yang sesuai dengan siswa – siswa yang memiliki latar belakang, karakteristik,
dan permasalahan yang berbeda. Selain itu, jika seorang guru menemukan beberapa
siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam kelas, guru melakukan beberapa
pendekatan terlebih dahulu kemudian guru mugkin dapat membantu terhadap
permasalahan yang dialami beberapa siswa tersebut dengan strategi – strategi tertentu, sebelum
permasalahan tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut mungkin harus
dilakukan, karena guru bidang studi merupakan guru yang sehari – harinya
bertatap muka/bertemu langsung dengan siswa, lebih – lebih untuk seorang wali
kelas yang kedudukannya sebagai orang tua siswa dalam kelas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Badarudin. 2011. Materi Bahan Ajar Kuliah: Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar. Purwokerto: tidak diterbitkan
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam
Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama
Suryana, Asep dan Suryadi. 2012. Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementertan Agama RI
Pendidikan Islam Kementertan Agama RI
Yusuf L. N., Syamsu. 2014. Program Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bandung: Rizqi Press
Makasih bnyak mb, sangat membantu, ijin ambil buat tugas :-)
BalasHapus